Impian Infantri Masa Depan Korea
Ada idiom di kalangan militer korea Selatan (Korsel) jika terjadi perang dengan Korea Utara (Korut), yaitu : “Setiap prajurit Korsel harus membunuh sekitar dua puluh prajurit Korut jika ingin menang”. Sebuah gambaran sederhana betapa banyak prajurit Korut yang harus mereka hadapi.
Konflik di wilayah Semenanjung Korea bisa diibaratkan seperti bom waktu. Fluktuatif, bisa tiba-tiba naik kemudian mereda kembali. Hubungan kedua negara sebetulnya sudah panas sejak kejadian terakhir kala kapal perang Korea Selatan, Cheonan, dihajar torpedo dan menewaskan 46 pelaut. Dua Korea kini kembali di bibir perang saat Korut membombardir pulau Korsel di sekitar Yeonpyeong dengan peluru-peluru artilerinya pada November 2010 lalu. Korut menganggap Korsel pamer kekuatan dan dituding mengintimidasinya.
Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk "menyatukan" kedua Korea lewat upaya diplomatis, perjanjian, maupun yang lebih konkret seperti membuka jalur transportasi kereta api antar negara. Namun, konflik itu sebenarnya tidak pernah benar-benar berakhir.
Hal inilah yang mendasari pemerintah Seoul lewat Agency for Defense Development (ADD) untuk selalu mengembangkan innovasi teknologi dari segi peralatan militer (alutsista) maupun kemampuan personilnya. Termasuk mengembangkan seragam tempur pasukan infantrinya di masa depan. ADD adalah semacam lembaga litbang dibawah kementrian pertahanan Korsel, mungkin jika di Indonesia serupa dengan puslitbang TNI.
Perangkat Standar Infantri
Pembuatan standar seragam baru infantri tersebut merupakan bagian dari usaha memodernisasi angkatan bersenjata Korsel agar kapabel bertempur dengan dukungan platform digital.
Seragam baru tersebut nantinya terhubung dengan sensor-sensor elektronis, yang secara visual dapat mengakses video realtime dari system pengintai. Program ini bertujuan untuk mewujudkan jaringan yang terintegrasi antara pasukan dengan sistem persenjataan, ranpur dan pesawat nir awak (UAV).
Program tersebut terbagi menjadi 4 bagian, pertama; helm tempur multifungsi, kedua; ransel peralatan dan logistik, ketiga; seragam tempur dengan material khusus dan keempat; senjata multifungsi, dimana pengaplikasiannya sudah terwujud lewat senapan serbu K11.
Helm tempur dijejali berbagai macam perangkat seperti : mini video camera, mic, voice recognition dan virtual display sebagai receiver file digital. File tersebut bisa berupa image maupun data yang disajikan secara realtime online.
Ransel, selain diisi kebutuhan logistik pasukan juga dijejali dengan berbagai system digital seperti : personal command, control system, sitem identifikasi teman atau musuh (IFF) dan personal Global Positioning System (GPS).
Untuk seragam tempur, dirancang mampu menghilangkan pancaran panas tubuh pasukan sehingga akan tersamar jika di bidik dengan sensor pencari panas. Selain mengaplikasi material yang mampu menjaga pasukan dari senjata kimia, seragam tersebut juga dirancang untuk memproteksi dari pancaran laser dan serangan rudal.
Untuk senjata personel, Seoul akan berjanji akan mengembangkan varian-varian dari K11 termasuk munisi yang digunakan. Saat ini lembaga research and development S&T Daewoo tengah mengembangkan varian munisi 20mm untuk K11. Selain proyektil air-brust, kedepannya akan dikembangkan pula rudal mini yang mampu diluncurkan dari moncong laras K11.
Tahap Kedua
Sebagaimana telah diutarakan surat khabar “The Korea Times” November 2009 lalu berdasarkan statement dari pejabat Badan Pengembangan Pertahanan Korsel (ADD), dikatakan bahwa Seoul mulai melakukan pembangunan tahap ke-dua untuk pengadaan standar seragam tempur infantry terbaru di awal tahun 2010 ini.
Sebelumnya ADD telah menyelesaikan studi (R&D) tentang konsep seperti apa seragam yang akan diaplikasi ROK Army kedepan, beserta peralatan dan perlengkapannya. Pejabat tersebut juga menambahkan "Tahun 2010 ini ADD berencana mulai mengembangkan integrasi teknologi dan peralatan terkait setelah mendapatkan persetujuan dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA)."
Perlengkapan personil tempur terbaru tersebut akan memberikan perlindungan maksimum dan memperbesar daya gempur pasukan infantri Korsel dimasa depan. Seragam infantry tersebut juga telah dilengkapi rompi anti peluru terbaru dan terintegrasi dalam sebuah manajemen system pertempuran.
Nampaknya Korea serius menggarap proyek ini, sebuah impian yang bakal jadi kenyataan. Selangkah lagi kemajuan teknologi dari negeri yang mengedepankan apa yang kini tengah dicita-citakan bangsa ini, “Kemandirian Industri Pertahanan”. Copyright ALUTSISTA
Ada idiom di kalangan militer korea Selatan (Korsel) jika terjadi perang dengan Korea Utara (Korut), yaitu : “Setiap prajurit Korsel harus membunuh sekitar dua puluh prajurit Korut jika ingin menang”. Sebuah gambaran sederhana betapa banyak prajurit Korut yang harus mereka hadapi.
Konflik di wilayah Semenanjung Korea bisa diibaratkan seperti bom waktu. Fluktuatif, bisa tiba-tiba naik kemudian mereda kembali. Hubungan kedua negara sebetulnya sudah panas sejak kejadian terakhir kala kapal perang Korea Selatan, Cheonan, dihajar torpedo dan menewaskan 46 pelaut. Dua Korea kini kembali di bibir perang saat Korut membombardir pulau Korsel di sekitar Yeonpyeong dengan peluru-peluru artilerinya pada November 2010 lalu. Korut menganggap Korsel pamer kekuatan dan dituding mengintimidasinya.
Meskipun berbagai upaya dilakukan untuk "menyatukan" kedua Korea lewat upaya diplomatis, perjanjian, maupun yang lebih konkret seperti membuka jalur transportasi kereta api antar negara. Namun, konflik itu sebenarnya tidak pernah benar-benar berakhir.
Hal inilah yang mendasari pemerintah Seoul lewat Agency for Defense Development (ADD) untuk selalu mengembangkan innovasi teknologi dari segi peralatan militer (alutsista) maupun kemampuan personilnya. Termasuk mengembangkan seragam tempur pasukan infantrinya di masa depan. ADD adalah semacam lembaga litbang dibawah kementrian pertahanan Korsel, mungkin jika di Indonesia serupa dengan puslitbang TNI.
Perangkat Standar Infantri
Pembuatan standar seragam baru infantri tersebut merupakan bagian dari usaha memodernisasi angkatan bersenjata Korsel agar kapabel bertempur dengan dukungan platform digital.
Seragam baru tersebut nantinya terhubung dengan sensor-sensor elektronis, yang secara visual dapat mengakses video realtime dari system pengintai. Program ini bertujuan untuk mewujudkan jaringan yang terintegrasi antara pasukan dengan sistem persenjataan, ranpur dan pesawat nir awak (UAV).
Program tersebut terbagi menjadi 4 bagian, pertama; helm tempur multifungsi, kedua; ransel peralatan dan logistik, ketiga; seragam tempur dengan material khusus dan keempat; senjata multifungsi, dimana pengaplikasiannya sudah terwujud lewat senapan serbu K11.
Helm tempur dijejali berbagai macam perangkat seperti : mini video camera, mic, voice recognition dan virtual display sebagai receiver file digital. File tersebut bisa berupa image maupun data yang disajikan secara realtime online.
Ransel, selain diisi kebutuhan logistik pasukan juga dijejali dengan berbagai system digital seperti : personal command, control system, sitem identifikasi teman atau musuh (IFF) dan personal Global Positioning System (GPS).
Untuk seragam tempur, dirancang mampu menghilangkan pancaran panas tubuh pasukan sehingga akan tersamar jika di bidik dengan sensor pencari panas. Selain mengaplikasi material yang mampu menjaga pasukan dari senjata kimia, seragam tersebut juga dirancang untuk memproteksi dari pancaran laser dan serangan rudal.
Untuk senjata personel, Seoul akan berjanji akan mengembangkan varian-varian dari K11 termasuk munisi yang digunakan. Saat ini lembaga research and development S&T Daewoo tengah mengembangkan varian munisi 20mm untuk K11. Selain proyektil air-brust, kedepannya akan dikembangkan pula rudal mini yang mampu diluncurkan dari moncong laras K11.
Tahap Kedua
Sebagaimana telah diutarakan surat khabar “The Korea Times” November 2009 lalu berdasarkan statement dari pejabat Badan Pengembangan Pertahanan Korsel (ADD), dikatakan bahwa Seoul mulai melakukan pembangunan tahap ke-dua untuk pengadaan standar seragam tempur infantry terbaru di awal tahun 2010 ini.
Sebelumnya ADD telah menyelesaikan studi (R&D) tentang konsep seperti apa seragam yang akan diaplikasi ROK Army kedepan, beserta peralatan dan perlengkapannya. Pejabat tersebut juga menambahkan "Tahun 2010 ini ADD berencana mulai mengembangkan integrasi teknologi dan peralatan terkait setelah mendapatkan persetujuan dari Defense Acquisition Program Administration (DAPA)."
Perlengkapan personil tempur terbaru tersebut akan memberikan perlindungan maksimum dan memperbesar daya gempur pasukan infantri Korsel dimasa depan. Seragam infantry tersebut juga telah dilengkapi rompi anti peluru terbaru dan terintegrasi dalam sebuah manajemen system pertempuran.
Nampaknya Korea serius menggarap proyek ini, sebuah impian yang bakal jadi kenyataan. Selangkah lagi kemajuan teknologi dari negeri yang mengedepankan apa yang kini tengah dicita-citakan bangsa ini, “Kemandirian Industri Pertahanan”. Copyright ALUTSISTA
|